Sabtu, 03 Mei 2014

Laporan praktikum anfismen tes visus

A.Tujuan
    mempelajari cara pemeriksaan visus

B.Dasar Teori
   Visus (ketajaman penglihatan) adalah nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil di mana sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan (Gabriel, 1995 dalam Gita, 2009). Menurut Edi S. Affandi (2005) dalam Gita (2009), tajam penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang berbeda pada jarak tertentu.
Visus (ketajaman penglihatan) adalah ukuran, berapa jauh, dan detail suatu benda dapat tertangkap oleh mata sehingga visus dapat disebut sebagai fisiologi mata yang paling penting. Ketajaman penglihatan didasarkan pada prinsip tentang adanya daya pisah minimum yaitu jarak yang paling kecil antara 2 garis yang masih mungkin dipisahkan dan dapat ditangkap sebagai 2 garis (Murtiati dkk, 2010).
Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti Pungtum Proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Pungtum Remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat. Pada emetropia, pungtum remotum terletak di depan mata (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009). 
Secara klinik kelainan refraksi adalah akibat kerusakan ada akomodasi visual, entah itu sebagai akibat perubahan biji mata, maupun kelainan pada lensa. Kelainan refraksi yang sering dihadapi sehari-hari adalah miopia, hipermetropia, presbiopia, dan astigmatisma.
a)    Miopi
Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat
. Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat, sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh. Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengeryitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil) (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009). Miopia tampak bersifat genetika, tetapi pengalaman penglihatan abnormal seperti kerja dekat berlebihan dapat mempercepat perkembangannya. Cacat ini dapat dikoreksi dengan kacamata lensa bikonkaf (lensa cekung), yang membuat sinar cahaya sejajar berdivergensi sedikit sebelum ia mengenai mata (Ganong, 2002).
b)   Hipermetropia
Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan estropia atau juling ke dalam (Ilyas, 2004
dalam Gita, 2009). Cacat ini dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata lensa cembung, yang membantu kekuatan refraksi mata dalam memperpendek jarak fokus (Ganong, 2002)
c)    Presbiopia
Presbiopia adalah gangguan akomodasi pada usia lanjut yang dapat terjadi akibat kelemahan otot akomodasi dan lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa. Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair, dan sering terasa pedas (Ilyas, 2004
dalam Gita, 2009).  Keadaan ini dapat dikoreksi dengan memakai kacamata lensa cembung (Ganong, 2002).
d)   Astigmatisma
Kelainan refraksi karena kelengkungan kornea yang tidak teratur disebut astigmatisma. Pada penderita astigmatisma, sistem optik yang astigmatismatik menimbulkan perbesaran atas satu objek dalam berbagai arah yang berbeda. Satu titik cahaya yang coba difokuskan, akan terlihat sebagai satu garis kabur yang panjang. Mata yang astigmatisma memiliki kornea yang bulat telur, bukannya seperti kornea biasa yang bulat sferik. Kornea yang bulat telur memiliki lengkung (meridian) yang tidak sama akan memfokus satu titik cahaya atau satu objek pada dua tempat, jauh dan dekat. Lensa yang digunakan untuk mengatasi astigmatisma adalah lensa silinder. Tetapi pada umumnya, di samping lensa silinder ini, orang yang astigmatisma membutuhkan juga lensa sferik plus atau minus yang dipasang sesuai dengan porosnya (Youngson, 1995
dalam Gita, 2009).
Ketajaman penglihatan seseorang dapat berkurang. Hal ini disebabkan antara lain oleh faktor-faktor sebagai berikut: 
1)    Kuat Penerangan atau Pencahayaan 
Mata manusia sensitif terhadap kekuatan pencahayaan, mulai dari beberapa lux di dalam ruangan gelap hingga 100.000 lux di tengah terik matahari. Kekuatan pencahayaan ini aneka ragam yaitu berkisar 2000-100.000 di tempat terbuka sepanjang siang dan 50-500 lux pada malam hari dengan pencahayaan buatan. Penambahan kekuatan cahaya berarti menambah daya, tetapi kelelahan relatif bertambah pula. Kelelahan ini diantaranya akan mempertinggi kecelakaan.
Namun meskipun pencahayaan cukup, harus dilihat pula aspek kualitas pencahayaan, antara lain faktor letak sumber cahaya. Sinar yang salah arah dan pencahayaan yang sangat kuat menyebabkan kilauan pada obyek. Kilauan ini dapat menimbulkan kerusakan mata. Begitu juga penyebaran cahaya di dalam ruangan harus merata supaya mata tidak perlu lagi menyesuaikan terhadap berbagai kontras silau, sebab keanekaragaman kontras silau menyebabkan kelelahan mata. Sedangkan kelelahan mata dapat menyebabkan:
a.    Iritasi, mata berair dan kelopak mata berwarna merah (konjungtivitis)
b.    Penglihatan rangkap
c.    Sakit kepala
d.    Ketajaman penglihatan merosot, begitu pula kepekaan terhadap perbedaan (contrast sensitivity) dan kecepatan pandangan
e.    Kekuatan menyesuaikan (accomodation) dan konvergensi menurun
(Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990 dalam Gita, 2009).
2)    Waktu Papar 
Pemaparan terus menerus misalnya pada pekerja sektor perindustrian yang jam kerjanya melebihi 40 jam/minggu dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja. Yang dimaksud dengan jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat (Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990 dalam Gita, 2009). Meskipun terjadi keanekaragaman jam kerja, umumnya pekerja informal bekerja lebih dari 7 jam/hari. Hal ini menimbulkan adannya beban tambahan pada pekerja yang pada akhirnya menyebabkan kelelahan.mental dan kelelahan mata.
3)    Umur 
Ketajaman penglihatan berkurang menurut bertambahnya usia. Pada tenaga kerja berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 6/6, melainkan berkurang. Maka dari itu, kontras dan ukuran benda perlu lebih besar untuk melihat dengan ketajaman yang sama (Suma’mur, 1996 dalam Gita 2000).  Makin banyak umur, lensa bertambah besar dan lebih pipih, berwarna kekuningan dan menjadi lebih keras. Hal ini mengakibatkan lensa kehilangan kekenyalannya, dan karena itu, kapasitasnya untuk melengkung juga berkurang. Akibatnya, titik-titik dekat menjauhi mata, sedang titik jauh pada umumnya tetap saja.
4)    Kelainan Refraksi 
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda selalu melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009). 

Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan 
Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata keseluruhan (Gabriel, 1995 dalam Gita, 2009).  Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009).  Pemeriksaan ketajaman penglihatan dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu Cincin Landolt, kartu uji E, dan kartu uji Sheridan/Gardiner.
Tajam penglihatan dan penglihatan kurang dibagi dalam tujuh kategori. Adapun penggolongannya adalah sebagai berikut:
a.    Penglihatan normal
Pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat.
b.    Penglihatan hampir normal
Tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu penyebabnya. Mungkin suatu penyakit masih dapat diperbaiki.
c.    Low vision sedang
Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat.
d.    Low vision berat
Masih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar kuat. Membaca menjadi lambat.
e.    Low vision nyata 
Bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan tongkat putih untuk mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat masih mungkin membaca dengan kaca pembesar; umumnya memerlukan Braille, radio, pustaka kaset.
f.        Hampir buta 
Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak bermanfaat, kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.
g.    Buta total 
Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhny tergantung pada alat indera lainnya atau tidak mata (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009).
Walaupun terdapat bukti bahwa pengukuran lain lebih tetap, tajam penglihatan biasanya didefinisikan berdasakan pengertian ”minimum seperabik” (daya pisah minimum) yaitu jarak yang paling kecil antara 2 garis yang masih memungkinkan dipisahkannya dan dapat di ”ditangkap” sebagai 2 garis. Baris terkecil yang dapat dibedakan oleh seseorang menunjukkan ketajaman penglihatan yang dimilikinya. Tajam penglihatan n ormal adalah 6/6. visus dihitung denganmengguankan rumus = d/D, dimana d adalah jarak antara alat dengan OP dan D adalah jarak tertentu sehingga ia dapat membaca huruf dalam satu deret yang seharusnya dapat dibaca oleh orang normal. Biasanya di atas tiap-tiap deret ditulis D = .....m. contoh bila seseorang dapat membaca huruf dalam D = 10 m, dalam jarak d = 6 m, maka visus orang tersebut 6/10.
Satuan lain dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga dalam perspektif optikal (perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan tersebut, visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa nominal untuk jarak penglihatan manusia; visus 20/40 dapat dianggap separuh dri tajam penglihatan jauh dan visus 20/10 adalah tajam penglihatan dua kali normal.
            Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur.
 C.Alat dan Bahan
    1.optotype snellen
    2.probandus
    3.Trial caso ( kontak pencoba ) yg lain :
       -1 set lensa spheris (+)
       -1 set lensa spheris (-)
       -1 set lensa cylindris (+) dan (-)
       -pinhels
       -stenopian
       -1 set lensa berwarna  (merah,biru,violet)
D.Cara Kerja
   1.Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
   2.probandus duduk pada jarak 6 meter dari optotype snellen
   3.probandus di suruh untuk menutup mata kiri,lalu membaca huruf-huruf pd optotype 
      snellen dari mulai huruf paling besar sampai huruf plg kecil sampai probandus tidak bisa
      membaca lagi,dilakukan secara bergantian dengan mata kanan
   4.catat visusnya


E.Hasil Pengamatan
 


No

Probandus
Jarak baca

Kesimpulan
Kanan
Kiri
1
I
15
15
Mata normal
2
II
80
40
Hypermetropi
3
III
40
15
Hypermetropi
4
IV
15
15
Mata normal
5
V
15
15
Mata normal









Mata kanan
Mata Kiri
6/6 Normal
6/6 Normal
6/80 Separuh Normal
6/40 Separuh Normal
6/40 Separuh normal
6/6 Normal
6/6 Normal
6/6 Normal
6/6 Normal
6/6 Normal



F.Pembahasan
   pada praktikum kali ini melakukan tes visus yaitu pemeriksa ketajaman mata/pemeriksaan mata.visus juga mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik dan buruknya fungsi mata secara keseluruhan,pemeriksaan visus mata dapat dilakukan mengunankan opototype snallen ,optotype snallen terdiri atas deretan huruf dengan ukuran yg berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar,huruf yg teratas adalah yg paling besar dan makin kebawah akan semakin kecil.
probandus harus membaca opototype snallen pada jarak 6 meter,karena pd jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan geristirahan dan tanpa akomodasi.
     Pemerikasaan diawali dengan pembacaan dgn mengunakan mata kanan dengan terlebih dahulu menutup mata kiri,lalu di lakukan secara bergantian,penguji menunjuk huruf dari yg besar sampai terkecil,sampai probandus tidak melihat lagi ,ketajaman pengelihatan dinyatakan dalam pencahan,pembilang menunjukkan jarak probandus dgn opototye snallen,sedangkan penyebut adalah jarak probandus yg penglihatannya msh normal bs membaca huruf pd optotype snallen.
    Pada praktikum kali ini probandus  I,IV,dan V di dapatkan hasil NORMAL hal ini berarti probandus memiliki visus 6/6 berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter,yg oleh org normal huruf tersebut dapat dilihat dari jarak 6 meter,visus mata antara kanan dan kiri tidak selalu sama.seperti yg terjadi pada probandus III mata kiri mempunyai visus 6/6 yg artinya NORMAL dan mata kanan 6/40 yg artinya probandus memiliki ketajaman penglihatan 6/40.visus mata tiap seseorg pasti berbeda-beda.hal ini di buktikan dari hasil pengamatan probandus I dan II yg mempunyai visus tidak sama,dalam prkatikum kali ini dapat di simpulkan bahwa probandus rata-rata memiliki mata normal dari percobaan probandus I,IV dan V sedangkan probandus II danIII memiliki kelainan rabun jauh.
      Rabun jauh /myopi diartikan mata mampu untuk melihat dgn jelas benda dalam jarak jauh,rabun jauh di sebabkan karena jarak titik api lensa mata lebih pendek/lensa mata terlalu cembung sehingga bayangan mata jatuh di depan retina.cara mengatasi rabun jauh/myopi adalah dengan memakai kaca mata lensa cekung ( kaca mata minus ) kaca mata minus akan membantu mendapatkan bayangan tepat pada retina.

G.Kesimpulan
   1.pemeriksaan visus mata menggunakan optotype snallen
   2.data akomodasi setiap mata tidak sama atau berbeda-beda
   3.dikatakan normal bila visus nya 6/6
   4.visus adalah tes ketajaman mata

H.Daftar Pustaka
   1.Buku petunjuk praktikum anatomi fisiologi manusia

I.Lampiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar